(fajar.or.id, Rabu 3 Juni 2009)
MAKASSAR -- Hubungan akrab antara Wahdah Islamiyah dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang terjalin baik selama ini mulai retak. Itu dipicu komentar Presiden PKS, Tifatul Sembiring, pada salah satu majalah nasional terbitan terbaru.
Statemen Tifatul dinilai telah menyakitkan umat Islam. Wahdah pun mendesak Tifatul untuk meminta maaf sekaligus mengklarifikasi pernyataannya tersebut. Wahdah memberi deadline secepatnya.
Wakil Ketua Umum DPP WI M Ikhwan Abdul Jalil, saat jumpa pers di kantornya, 2 Juni 2009, mengatakan isu jilbab sangat serius dari segi aqidah. Jilbab, katanya, bukan sekadar simbol semata, tapi pengejawantahan dari ajaran dan perintah Allah.
Pada Majalah Tempo edisi 1-7 Juni, Presiden PKS Tifatul Sembiring mengomentari polemik jilbab antara para istri capres. Istri SBY dan istri Boediono sempat dipersoalkan dan dijadikan komoditas kampanye karena tak berjilbab.
Nah, menanggapi masalah itu, Tifatul Sembiring membela istri SBY-Boediono. Dia mengatakan, "Apa kalau istrinya berjilbab lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik? Soal selembar kain saja kok dirisaukan."
Kalimat terakhir itulah yang diprotes Wahdah. Ikhwan mengatakan jilbab tidak bisa dipermainkan. Seharusnya, katanya, PKS sebagai partai dakwah tidak mengeluarkan pernyataan seperti itu.
"Makanya, kami meminta dan menuntut saudara Tifatul Sembiring untuk melakukan klarifikasi terhadap pernyataan ini. Jika tidak, maka Wahdah dan komponen umat Islam lain tidak percaya lagi terhadap PKS," tegas Ikhwan.
Menanggapi tuntutan itu, Ketua DPW PKS Sulsel, Najamuddin Marahamid, mengaku tidak percaya Tifatul mengeluarkan statemen seperti itu. Najamuddin mengaku sangat kenal dengan pribadi Tifatul.
Najamuddin mengatakan harus ditelusuri dulu apakah benar Tifatul mengeluarkan statemen seperti itu. Najamuddin sangat yakin Tifatul tidak menafikan jilbab yang notabene diwajibkan bagi muslimah. (sap)
fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah (Majelis fatwa-nya ARAB saudi)
BalasHapusTanya :
Kami melihat masih banyak orang ketika mereka melihat orang lain yang bersungguh-sungguh dalam beragama atau beribadah malah memperolok-oloknya. Sebagian yang lain ada yang berbicara tentang agama dengan nada mengejek dan memperolok-olok. Bagaimanakah orang yang seperti ini?
Jawab: "Memperolok-olok agama Islam atau bagiannya adalah kufur akbar, berdasarkan firman Allah :
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:"Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah:"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?".
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. At Taubah 9 : 65-66).